Jos Parengkuan dan Perjalanan Syailendra Capital: Konsistensi Investasi di Pasar yang Irasional

EKONOMI

Muchlish

7/26/20252 min read

26-7-2025 – Dalam sebuah wawancara mendalam, Bapak Jos Parengkuan, Founder Syailendra Capital, berbagi pandangannya tentang dinamika ekonomi global, perjalanan independen Syailendra Capital, serta evolusi filosofi investasinya. Sebagai salah satu manajer aset terkemuka di Indonesia dengan aset kelolaan yang signifikan, pandangan Parengkuan memberikan wawasan berharga bagi investor maupun pengamat pasar.

Mengenai dampak kebijakan tarif 19% yang diterapkan oleh Amerika Serikat, Jos Parengkuan berpendapat bahwa kebijakan tersebut cenderung lebih memukul perekonomian AS sendiri daripada negara-negara yang menjadi target, termasuk Indonesia. "Ini bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke negara-negara lain," ujarnya, menyoroti potensi adaptasi pasar global.

Syailendra Capital, yang didirikan pada tahun 2006, menonjol sebagai manajer aset yang sepenuhnya independen di tengah dominasi perusahaan afiliasi konglomerasi atau sekuritas besar di Indonesia. Perjalanan pendiriannya pun penuh tantangan. Bersama dengan dua rekannya, Roy Himawan dan David Tanuri, Jos Parengkuan memberanikan diri terjun ke industri reksa dana tepat setelah gelombang redemption besar-besaran oleh investor lokal pada tahun 2005. Mengantongi izin pada November 2006, produk perdana Syailendra Capital langsung dirilis dua bulan kemudian. Jos Parengkuan, yang telah berkecimpung selama 35 tahun di pasar modal, menjelaskan bahwa kepercayaan nasabah dibangun melalui edukasi yang berkelanjutan, penguatan kesadaran merek, serta penerapan tata kelola perusahaan yang kuat dan transparan.

Filosofi investasi Syailendra Capital juga mengalami evolusi signifikan. Pada awalnya, fokus utama adalah memberikan pengembalian maksimum melalui value investing dan analisis fundamental yang mendalam, yang sempat menghasilkan return luar biasa sebesar 144% untuk Syailendra Optic Growth Fund di tahun pertama. Namun, strategi tersebut menyebabkan volatilitas Nilai Aktiva Bersih (NAV) yang tinggi. Seiring waktu, pendekatan berubah menjadi lebih menekankan konsistensi jangka panjang dengan target return di atas rata-rata pasar, sebuah strategi yang dinilai lebih berkelanjutan.

Jos Parengkuan juga menyoroti perbedaan mendasar antara investor retail dan institusi. Menurutnya, investor retail seringkali hanya berfokus pada return absolut tertinggi tanpa mempertimbangkan risk-adjusted return, berbeda dengan investor institusi yang lebih canggih dan skeptis terhadap pengembalian yang terlalu fantastis.

Dalam pemilihan saham, Parengkuan memulai analisanya dari laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan, mencari saham-saham yang dinilai mispriced oleh pasar. Ia tidak membatasi diri pada sektor tertentu, namun memiliki "daftar hitam" grup emiten yang dihindarinya berdasarkan pengalaman 35 tahun di pasar saham. Secara pribadi, Parengkuan menginvestasikan 98% portofolinya di Indonesia, dengan 6-8 saham pilihan yang beberapa di antaranya bisa mencapai 40% dari portofolio pribadinya, sebagai bentuk mitigasi risiko.

Dengan horison investasi jangka panjang antara 3-5 tahun, tingkat perputaran portofolio Parengkuan cenderung rendah, meskipun ia mengakui bahwa ada saham-saham yang bisa memberikan pengembalian signifikan dalam waktu singkat. Yang menarik, Jos Parengkuan dengan tegas menyatakan ketidaksetujuannya terhadap hipotesis pasar efisien. Baginya, pasar seringkali tidak efisien dan irasional, dan justru ketidakrasionalan inilah yang seringkali dapat dimanfaatkan oleh investor ulung untuk mencari peluang.

Related Stories