Prabowo Fokus Genjot Pembangunan Kilang Minyak di Indonesia, Bukan di Amerika!

EKONOMI

Muchlish

7/24/20252 min read

      Prabowo Fokus Genjot Pembangunan Kilang Minyak di Indonesia, Bukan di Amerika!

Jakarta, 24/7/2025 – Isu mengenai pembangunan kilang minyak oleh pemerintahan Prabowo Subianto sedang menjadi perhatian publik. Penting untuk diketahui bahwa fokus utama pembangunan kilang minyak adalah di Indonesia, bukan di Amerika Serikat. Berbagai laporan media secara konsisten menegaskan bahwa pemerintah memprioritaskan peningkatan kemandirian energi nasional melalui pembangunan infrastruktur kilang dan penyimpanan minyak di Tanah Air.

Rencana ambisius ini mencakup pembangunan fasilitas di 18 lokasi strategis di Indonesia, antara lain di Lhokseumawe (Aceh) hingga Fakfak (Papua Barat) [CNBC Indonesia, 23 Juli 2025a, 23 Juli 2025b]. Lokasi lain yang direncanakan termasuk Sibolga, Natuna, Cilegon, Sukabumi, Semarang, Surabaya, Sampang, Pontianak, Badung, Bima, Ende, Makassar, Donggala, Bitung, Ambon, dan Halmahera Utara [CNBC Indonesia, 23 Juli 2025a]. Proyek-proyek ini merupakan bagian dari inisiatif hilirisasi yang lebih luas, dengan total investasi mencapai Rp 618 triliun [CNBC Indonesia, 23 Juli 2025b; Towa News, 23 Juli 2025]. Khusus untuk proyek kilang minyak, nilainya mencapai Rp 160 triliun atau setara US$12,5 miliar [CNBC Indonesia, 23 Juli 2025a; Indonesia Business Post, 6 Maret 2025; Agenzia ICE, 7 Maret 2025].

Tujuan utama dari megaproyek ini adalah untuk secara signifikan mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor energi, yang saat ini menghabiskan sekitar US$40 miliar setiap tahunnya [Jakarta Globe, tanpa tanggal]. Dengan adanya kilang-kilang baru, Indonesia diharapkan dapat memproduksi kebutuhan energi dalam negeri secara mandiri, sekaligus menciptakan ratusan ribu lapangan kerja baru yang diperkirakan mencapai 276 ribu [Towa News, 23 Juli 2025].

Meskipun ada pembicaraan mengenai kerja sama energi dengan Amerika Serikat, termasuk potensi kesepakatan dagang energi [Argus Media, 15 Juli 2025] dan impor gas serta bahan bakar [Jakarta Globe, 17 Juli 2025], serta adanya tim yang dikirim untuk melakukan studi banding terkait pembangunan kilang berkapasitas 1 juta barel di luar negeri (termasuk AS dan Angola) [VOI, 23 Juli 2025], ini lebih bersifat penjajakan atau upaya diversifikasi sumber. Prioritas dan investasi besar saat ini diarahkan sepenuhnya untuk memperkuat ketahanan energi di dalam negeri [CIDISS, 17 Maret 2025; Digivestasi, 6 Maret 2025].

Sumber:

Related Stories